Thursday, December 28, 2017

I Thought I Knew : Life as a Story, Bagian-1

Posting kali ini akan mambahas penelitian yang dilakukan oleh Pak Daniel Kahneman. Siapa Daniel Kahneman? Pernah ditulis dalam blog ini pada posting berikut. Salah satu video Daniel Kahneman pada event TED Talks berikut akan memberikan penjelasan pada apa yang akan kita bahas pada tulisan kali ini 

The riddle of experience vs. memory


Beliau juga telah membuat sebuah jurnal tulisan yang berhubungan dengan yang disampaikan pada video presentasi diatas yang bisa diakses disini. Pak Daniel Kahneman telah memberitahu kepada kita bahwa ada perbedaan antara ingatan yang tersimpan dalam otak kita dengan peristiwa mengalami sendiri secara langsung. Poin paling penting dari apa yang dijelaskan terletak pada pertanyaan yang Pak Daniel Kahneman ajukan, yaitu What keeps score?

Remembering self dan juga experiencing self, dua bagian kesadaran yang ada pada diri manusia. Namun, yang pertamalah yang merekonstruksi respon manusia terhadap apa yang ia alami dan kadangkala, jika diukur menggunakan ilmu pengetahuan menghasilkan reaksi yang tidak logis. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Pak Daniel Kahneman dalam presentasinya.

Apa yang dialami oleh manusia, akan tersimpan dalam memorinya. Ingatan ini merupakan sebuah mekanisme yang dimiliki oleh manusia sejak zaman primitif guna untuk bertahan hidup. Jika pernah merasakan sendiri menyentuh api dan rasanya panas. Maka, ingatan panas ini akan tersimpan di ingatan manusia. Oleh sebab itu, maka ia akan menghindari untuk menyentuh api karena ingatan akan rasa panas. Memori akan menghasilkan sebuah reaksi antisipasif dan seringkali pikiran membantu menyajikan visualisasi imajinatif ketika berhadapan dengan hal yang sama di masa depan.

Memori manusia berisi catatan-catatan akan kehidupan. Semakin lama manusia menjalani kehidupan, maka catatan-catatan ini akan menjadi semakin banyak dan membentuk sebuah cerita dalam hidup manusia. Catatan dalam memori kita tidak akan hilang meskipun tubuh dan pikiran kita beristirahat. Buktinya, kita masih ingat siapa diri kita ketika terbangun dari tidur. Kita masih bisa merasakan benci ketika bertemu orang yang menghina diri kita kemarin. Catatan dalam memori ibarat seperti makhluk hidup, ia akan tumbuh dengan sehat jika kita terus memberinya makan dan minum, dan akan layu dan mati jika kita tidak memperhatikannya. Hal ini sekaligus menjawab penelitian Pak Daniel Kahneman dalam jurnalnya berjudul "High income improves evaluation of life but not emotional well-being" 

Orang merasa bahwa penghasilan yang besar akan membuat hidup mereka lebih bahagia. Banyak orang percaya bahwa kekayaan akan membuat hidup menjadi lebih mudah, bisa diartikan seperti jauh dari tekanan hidup (stress), dan sebagainya. Nyatanya, hal tersebut tidaklah demikian adanya. Penghasilan yang besar tidaklah membuat orang menjadi lebih bahagia. Dalam kesehari-harian, mereka masih merasakan stress, perasaan marah, senang dan lain sebagainya sama seperti orang kebanyakan. Namun, berpenghasilan besar telah membuat perasaan puas akan hidup mereka dan tentu saja hal ini akan membawa perasaan bahagia.

Hal ini mirip dengan presentasi Pak Daniel Kahneman yang mengatakan bahwa orang yang pindah ke California lebih bahagia daripada yang memutuskan tetap tinggal di Ohio. Padahal, secara emosional, apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari tidaklah berubah. Cuaca bukanlah faktor yang terpenting yang mempengaruhi emosi mereka, namun ia dijadikan alasan bahwa tinggal di California masih lebih baik daripada di Ohio.      

Contoh selanjutnya mengenai pernikahan. Grafik berikut merupakan grafik mengenai tingkat kepuasan hidup terhadap pernikahan yang diekstrak dari buku Pak Daniel Kahneman yang berjudul Thinking, Fast and Slow
Dari gambar tersebut, orang memiliki kepuasaan hidup yang tinggi sebelum pernikahan. Bisa dipahami, bahwa hal demikian dikarenakan orang memiliki ekspektasi bahwa pernikahan akan membuat hidup mereka menjadi lebih bahagia. Namun, seiring berjalannya waktu pernikahan, kurva tersebut menunjukkan grafik yang cenderung turun. Setelah beberapa tahun setelah pernikahan, kepuasan hidup orang yang menikah hampir sama mengikuti grafik kepuasaan hidup seperti sebelum pernikahan. Orang tentu tidak akan membayangkan hal ini sebelumnya. Apalagi membayangkan bahwa mereka juga memiliki resiko untuk bercerai. Antara yang menikah dan belum menikah pada akhirnya bisa jadi tingkat kepuasaan hidupnya akan kembali sama. Hal ini bukan berarti bahwa pernikahan tidak membawa sebuah kebahagiaan, namun perubahan status tersebut akan merubah salah satu aspek dari kehidupan menjadi lebih baik dan membuat aspek yang lainnya menjadi lebih buruk.

Dari banyak contoh yang telah diterangkan diatas, kita telah belajar bagaimana memori membentuk sebuah opini yang kadangkala sangat bertolak belakang dengan apa yang kita alami secara langsung atau fakta menurut ilmu pengetahuan. Hal ini bisa membuat manusia bisa salah mengambil keputusan karena manusia bereaksi terhadap catatan yang ada dalam ingatan mereka. Sebuah pepatah mengatakan "Pengalaman adalah guru yang terbaik". Semakin banyak orang mengalami sebuah kenyataan, semakin luas fakta yang ia temukan. Sehingga ia bisa men-sarikan catatan ingatan yang membuat ia bertindak dengan benar. Hal ini menunjukkan kinerja pikiran terhadap catatan ingatan dalam membuat sebuah sudut pandang yang menghasilkan pemikiran untuk merespons sebuah peristiwa. Kita akan bahas hal ini di tulisan berikutnya.

bersambung ...

No comments:

Post a Comment