Saturday, November 4, 2017

Seri Mengenail Diri 1 : Hati, Pikiran dan Akal

Menuliskan tentang manusia adalah menuliskan hal yang tersulit. Seberapa pun kita belajar mengenai manusia masih saja kita bisa gagal dalam memahami manusia. Manusia adalah diri kita sendiri. Maka, belajar mengenai manusia adalah belajar mengenai diri kita sendiri

Apakah bisa kita menuliskan diri sendiri tanpa adanya sebuah hal yang tidak ditutup-tutupi tanpa ada rasa pergolakan batin?

Hidup manusia adalah tentang rasa. Manusia beda dengan hewan. Hewan hanya mengenal rasa senang maupun susah. Namun, manusia selain mengenal rasa senang dan susah juga punya penghayatan atas rasa tersebut yakni derita maupun bahagia. Derita adalah keadaan susah yang ditanggung dalam hati. Hati adalah  sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya).


Jadi, derita maupun bahagia adalah sebuah keadaan yang khas yang dimiliki oleh manusia karena ia memiliki hati yang merasa/ menghayati. Pikiran menerjemahkan hal ini dan dengan kesadaran yang memahami kebutuhannya maka manusia bertindak. Hal ini merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai cara untuk bertahan hidup yang diturunkan dari pendahulunya. Tanpa alat ini manusia tidak akan mampu melestarikan jenisnya. Alat inilah yang mampu memberikan konteks pada sifat hukum alam benda. Misalkan, Api. Api bersifat panas. Panas itu menimbulkan rasa sakit. Maka, manusia tidak akan memegang api. Konteks ini tidak dipunyai oleh hewan. Hewan hanya bertindak atas naluri saja. Seperti contohnya ular yang akan menyerang siapapun yang masuk ke wilayahnya.

Jadi, kronologisnya : niat dari hati yang timbul akibat getaran hidup, jika diperkuat, akan menjadi keinginan yang berpotensi menggerakkan tubuh manusia. Lewat pikiran, manusia akan berusaha untuk mewujudkan setiap keinginannya melalui upaya berpikir secara alamiah sesuai pengetahuan yang dimiliki untuk menggapai apa yang diinginkannya. Di sisi lain, sense atau akal adalah daya pikir kita dalam bagaimana kita memahami terhadap sesuatu. 

Untuk memudahkan, mari kita cocokkan saja istilah pikiran dan akal dengan istilah yang dikembangkan oleh Daniel Kahneman, bahwa pikiran dan akal itu tak lain adalah sistem satu dan sistem dua. Dalam bukunya Thinking Fast and Slow, Daniel Kahneman menerangkan ciri antara dua sistem tersebut :

- Sistem satu bekerja secara otomatis dan cepat, dengan sedikit atau upaya, tidak ada rasa kontrol secara sukarela dan tidaklah terikat dengan realitas hidup.

- Sistem dua membutuhkan perhatian kita untuk bisa bekerja dan membutuhkan aktivitas mental, seperti jika kita menghitung penghitungan yang kompleks. Operasi dari sistem dua ini biasanya aktif ketika berhubungan dengan pengalaman subyektif dari manusia, ketika disodorkan sebuah pilihan dan juga ketika berkonsentrasi pada sesuatu.

bersambung

No comments:

Post a Comment