Sunday, November 12, 2017

Seni Mengenali Diri 2 : Berpikir, Cepat dan Lambat

Daniel Kahneman yang menjadi rujukan kita merupakan seorang psikolog yang telah dianugerahi nobel pada 2002 lalu di bidang sains ekonomi. Karyanya berkutat pada psikologi manusia yang berhubungan dengan penilaian dan pengambilan keputusan, yang termasuk juga mempelajari ekonomi perilaku. 

Penyelidikan atas perilaku manusia terhadap aspek ekonomi merupakan sebuah hal yang cukup penting karena manusia hidup tidak akan pernah lepas dari kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia bergerak karena memiliki keinginan - dari hal yang paling dasar - yakni untuk mencukupi kebutuhannya.
Jadi, lewat ekonomi perilaku, seorang manusia berusaha untuk memahami dirinya sendiri lewat keputusan yang dibuatnya dalam hal ekonomi menggunakan pendekatan psikologisDalam tulisan sebelumnya, kita kenal dua sistem dalam diri manusia yang merupakan produk penjelasan dari penelitian ini, yakni sistem satu dan sistem dua

Uraian penjelasan berikutnya merupakan hal yang saya sadur dari buku Daniel Kahneman berjudul Thinking, Fast and Slow untuk menjelaskan dua hal tersebut.

Mari kita perhatian gambar dibawah ini :
Apa deskripsi yang terlintas dipikiran anda ketika melihat gambar tersebut?

Saat anda melihat wajah wanita tersebut, anda akan menyimpulkan bahwa wanita tersebut sedang marah. Hal ini didasarkan ketika anda melihat gambar tersebut, pikiran anda akan mencari dalam catatan ingatan rasa anda yang mampu memberikan konteks. 

Lebih jauh lagi, apa yang anda pikirkan bisa memanjang. Anda bisa merasakan bahwa wanita ini ingin berteriak dan memaki. Firasat anda mengenai apa yang akan dilakukan oleh wanita ini datang ke pikiran anda secara otomatis dan tanpa upaya.
Anda sebenarnya tidak bermaksud untuk menilai moodnya, ataupun mengantisipasi apa yang dia lakukan, dan reaksi anda pada gambar tersebut tidaklah memiliki perasaan atas sesuatu yang anda lakukan. Tetapi, hal ini terjadi begitu saja pada anda dalam waktu yang sangat cepat.

Hal ini biasa disebut intuitif thinking. Konteks diperlukan sebagai sebuah tantangan bagaimana anda akan menyikapi suatu keadaan yang merupakan hal primitif yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya yaitu naluri untuk bertahan hidup

Mari kita lihat gambar kedua, 


Manakah dari kedua garis diatas yang memiliki garis horizontal terpanjang?

Gambar diatas merupakan contoh yang sangat bagus. Garis pada bagian bawah dengan jelas lebih panjang daripada garis pada bagian atas. Secara alamiah kita percaya dengan apa yang kita lihat.
Tetapi, anda harus membuktikan jawaban anda benar dengan terlebih dahulu membuktikannya melalui pengukuran dua garis horizontal tersebut menggunakan penggaris. Dan, jawaban yang akan anda peroleh adalah bahwa dua garis tersebut memiliki panjang garis horizontal yang identik.

Maka, setelah anda mengukur garis tersebut, sistem dua anda - sisi kesadaran anda yang disebut "saya" - mempunyai kepercayaan baru bahwa dua garis tersebut memiliki panjang yang sama. Jika ditanya lagi, anda akan memberikan jawaban dari apa yang anda telah tahu sekarang ini. Namun, hal yang sedikit merisaukan, jika melihat gambar garis tersebut sekali lagi, anda masih merasa bahwa garis pada bagian bawah lebih panjang. 

Kesimpulannya, anda telah memilih untuk percaya pada hasil pengukuran, tetapi anda tidak bisa mencegah sistem 1 - sisi intuitif anda, untuk mengerjakan apa yang ia lakukan. 

Untuk bisa melawan ilusi tersebut, satu hal yang bisa kita lakukan adalah belajar untuk tidak mempercayai kesan yang ditimbulkan dari pikiran kita ketika melihat gambar tersebut dengan cara mengenali pola ilusi dan mengingat kembali apa yang kita tahu tentang hal tersebut.

Tidak semua ilusi adalah visual. Ada juga ilusi pikiran, yang kita kenal sebagai cognitive illusions.

bersambung ... 

No comments:

Post a Comment